Rabu, 26 Maret 2008

In Memoriam

40 hari sudah...

Sebenernya keluargaku gak kenal istilah 3 hari, 7 hari, 40 hari...
Saat seseorang udah di panggil Sang Khaliq, setelah proses pemakaman ya nggak ada acara apa-apa. Gak ada tahlilan dll, do'ain sendiri-sendiri aja, do'anya pun gak harus di makam. Kenapa aku kasih judul '40 hari sudah..'. Karena kebetulan aja mood nulisnya baru ada sekarang. Sebetulnya juga gak tau sih 40 harinya bapak kapan. Kayaknya juga bukan hari ini sih. Besok atau lusa gitu. Gpp deh, buat judul aja kok... :)


40 hari sudah bapakku berpulang. Rasanya masih berat kehilangan bapak. Masih keinget terus..masih sering mimpiin beliau. 2 kali aku mimpi bapak dalam keadaan sakaratul maut dan aku di sampingnya (saat beliau di panggil, hanya ada ibu dan satu orang kakakku). Mungkin karena aku masih kepikiran dan dan nyesel kenapa aku gak ada di samping bapak saat itu, jadi kebawa di mimpi seakan2 aku nemenin bapak saat ajal menjemput. Mimpiku yang terakhir settingnya di rumah mrican yogya (tempat masa kecilku tapi skg dah di jual), aku di dalam rumah dan mendengar suara gerbang lalu ada ketukan di pintu.. Aku buka ternyata bapak yang dateng, pakai baju batik biru dan senyum mengembang. Tapi aku langsung terbangun karena dalam mimpiku aku sadar klo bapak sebenernya dah nggak ada.. Aku nggak tau apa artinya.. Apakah mimpiku bermakna atau benar2 hanya sekedar bunga tidur..

Bapak sakit udah lama. Jantung dan asam urat. Beberapa tahun terakhir bapak harus rajin kontrol ke dokter dan tiada hari tanpa obat. Cuma bandelnya bapak, agak susah menghindari pantangan makanan. Jadi sering kumat. Beberapa kali harus keluar masuk rumah sakit. Ya wlo gak selalu karena makanan, kadang ya karena pikiran bapak yang terlalu berat. Terakhir bapak masuk RS sblm sakit yang terakhir ini, karena harus masang alat pemacu jantung. Setelah itu bapak cenderung sehat. Sampai tiba2 januari kemaren bapak panas dan ternyata ada yang nggak beres dengan penglihatannya. Usut punya usut ternyata gula bapak tinggi banget, pdhl selama ini bapak gak punya diabetes. Bapak masuk rumah sakit Jogja Internasional Hospital dalam keadaan gak sadar. Di bilang koma gak juga, karena masih ada respon sesekali, tapi hanya gerakan pelan. Matanya tetap tertutup seperti tidur, tidak pernah merespon suara. Sempat cuci darah karena ginjal bapak juga udah kena dan transfusi darah 2 kantung karena HBnya turun, tapi bapak tetap diam. 4 hari dalam situasi seperti itu,siapa yang tega melihat bapak dalam kondisi seperti itu.. Dulu bapak seorang yang gagah, pejuang yang berani, pekerja yang tekun, dan bapak juga pernah jadi atlet menembak pada PON di Jakarta. Sekarang bapak terbaring tidak berdaya.. Sampai keluarga sudah pasrah pada Allah SWT dan kita mengadakan rapat keluarga, 8 anak bapak kumpul semua dan berdo'a bersama..apa yang terbaik untuk bapak. Tiba2 seperti sebuah keajaiban..bapak sadar.. Tapi masih tetap di ICU sampai hari ke 6 sampai akhirnya di pindah ke ruang perawatan. Semua bersyukur wlo harus menerima kenyataan bahwa satu mata bapak sudah tidak bisa berfungsi lagi. Kondisi bapak juga masih lemah wlo akhirnya dokter memperbolehkan pulang pada hari ke 14. Seminggu bapak di rawat di rumah. Kamar sudah di setting seperti kamar di RS. Ada oksigen dan perlengkapan yang lain. Tiap hari fisioterapist datang. Sampai tiba2 bapak drop lagi, karena HBnya turun dan harus transfusi darah lagi. Akhirnya bapak di bawa ke RS Sarjito. Aku kira hanya di transfusi,ternyata harus di cek lagi smua dan ternyata liver bapak sekarang juga kena. 4 hari bapak di Sarjito, aku selalu cek keadaan bapak karena aku di jakarta. Bapak cenderung membaik wlo kadang suka sesek nafas, tapi bapak dalam keadaan sadar dan masih nyambung klo di ajak cerita. Sampai akhirnya kabar itu dateng..

Hari minggu aku ke tempat kakakku dan nginep di sana karena dia baru aja pulang dari yogya, aku sengaja pengen denger kondisi bapak yang terakhir. Tiba2 senin jam 2 pagi..kakakku bangunin aku dan mengabarkan berita itu. INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAAJIUN.

Pagi itu juga kami berangkat ke yogya dengan garuda flight pertama. Sampai Jogja langsung menuju Yayasan Bunga Selasih, tempat bapak di semayamkan. Bertemu ibu dan kakak2 yang lain, air mata tak terbendung.. Kemudian kami menyolatkan bapak bersama2, dan kain kafan bapak sempat di buka lagi agar kami bisa melihat bapak untuk yang terakhir kalinya. Setelah itu kami semua mengantarkan bapak ke peristirahatannya yang terakhir, di Bekonang-Sukoharjo, tempat kelahiran bapak.

Bapak tutup usia di angka 76, sudah dapat bonus 13 tahun klo di bandingkan dengan nabi Muhammad SAW. Bapak meninggalkan seorang istri -ibuku tercinta-, 8 orang anak, 7 orang menantu ( 1 orang menantu juga telah berpulang karena kangker paru2), dan 23 cucu ( 1 orang -Anies-, meninggal saat bayi ). Banyak sekali yang dapat di kenang dari bapak.. Mungkin yang paling keinget bapak orangnya keras, galak..tapi meskipun begitu banyak hal yang aku salut dari bapak. Terutama karena bapak sangat peduli dengan pendidikan dan kesehatan anak2nya. Bapak nggak pernah sayang mengeluarkan biaya untuk 2 hal itu. Bapak rela menjual berapa petak rumah di solo hanya untuk membeli sepetak tanah di yogya demi menemani kakak2 yang sedang menimba ilmu di mua'limat yogyakarta. Meskipun capek naik motor tanpa jaket, bapak sangat bangga ketika bisa mengirimi bekal untuk kakak2ku yang sedang belajar di gontor. Satu hal lagi yang membuat aku kagum terhadap bapak, selain tanggung jawabnya sebagai suami dan bapak 8 orang anak, bapak juga selalu memikirkan adik2nya. Sebagai anak tertua dari 18 bersaudara, bapak merasa punya tanggung jawab juga terhadap keluarganya sebagai pengganti almarhum simbah.

Cerita kakakku yang bersama bapak saat bapak berpulang, bapak sempet sesek nafas, lalu kakakku memanggil perawat dan dokter. Tapi kata kakak dan ibuku, prosesnya cepet sekali,halus sekali,samapi ada keputusan dari dokter yang menyatakan bapak sudah meninggal. Semoga bapak meninggal dalam keadaan khusnul Khotimah. Amien..

Bapak di semayamkan di rumah simbah (orang tuanya bapak) di Jl. H. Muslich (ini nama bapaknya bapak, nama beliau di jadikan nama jalan karena simbah adalah salah seorang pejuang kemerdekaan). Kami sekeluarga terharu ketika banyak sekali orang yang melayat dan mendoakan bapak. Ratusan orang datang dan ikut menyolatkan. Puluhan karangan bunga berjejer rapi di pinggir jalan. Saudara2 yang datang dari berbagai kota, tetangga2 bekonang-solo-yogya, temen2 bapak veteran-jaket biru-dll. Pak Amien Rais menjadi imam sholat jenazah, dan beliau memberi sambutan atas nama keluarga. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang baru datang dari jakarta juga menyempatkan waktunya untuk datang melayat, menyolatkan. dan mengikuti proses pemakaman.

Sesuai dengan permintaannya, bapak di makamkan di bekas markas tentara pelajar, tempat bapak pernah ikut berjuang dulu. Saat masuk ke dalam ambulans menuju pemakaman, bapak di lepas dengan penghormatan terakhir dari temen2 veterannya. Tak terasa air mata mengalir perlahan.

Beberapa waktu kemudian, Ayahnya Nisa sms: " Mak..Bapak sekarang udah sendirian. Sekarang udah tidak ngrepotin anak2nya, udah nggak rewel, udah nggak marah2. Kata orang bijak, rasa sayang itu akan terasa di saat orang itu meninggalkan kita. Sekarang kita baru sadar ternyata marah2nya, rewelnya, ngrepotinnya begitu indah dan kita akan kangen karena itu tanda sayang beliau. Mak, bapak udah tidak butuh apa2 kecuali doa yang mamak panjatkan setiap saat.."
Dan air mataku menetes lagi....
-The end-

Akhirnya ngeblog juga...

Akhirnya..pengen juga punya blog sendiri. Pengen nulis-nulis, cerita apa aja yang bisa di ceritakan. Selama ini cuma ngurusin blognya nisa (www.kakaknisa.blogspot.com). Lama-lama bundanya pengen punya blog sendiri juga. Cuma kadang wlo banyak banget yang pengen di ceritain, mood nulis datangnya gak tentu. Sbenernya dari dulu juga dah nyiapin blog tentang kenangan saat di MB UII, tapi blum jadi-jadi juga. Sementara launching yang ini dulu aja deh..hehe..